Minggu, 30 Oktober 2016

BID'AH 1

Hakikat Bid'ah Lughawiyah adalah Bid'ah Hasanah. Di sebuatkan dalam Al Quran بديع السماوات والأرض .... Allah Pencipta langit dan bumi. (Al-Baqarah: 117) Lafal badi'un dalam ayat ini se­suai dengan makna bahasa/lugah .. Yaitu Allah menciptakan langit dan bumi tanpa contoh sebelumnya. Oleh sebab itu segala sesuatu amal perbuatan yang tanpa ada contoh sebelumnya di sebut bid'ah.. Namun dalam ayat ini yang dimaksud bid'ah di tinjau dari segi bahasa, seperti yang di jelaskan oleh Al Hafidz Ibnu Katsir saat mentafsirkan ayat ini, beliau menjelaskan demikian, dan Al Hafidz juga memcontohkan praktek bid'ah luqhawiyah yaitu : كقول أمير المؤمنين عمر بن الخطاب رضي الله عنه عن جمعه إياهم على صلاة التراويح واستمرارهم : نعمت البدعة هذه . Seperti perkataan Amirul Mu'minin Sayyidina Umar bin Khattab رضي الله عنه . ke­tika melihat hasil jerih payahnya yang telah berhasil menggumpulkan kaum muslim melakukan shalat tarawih berjama'ah beliau berkata: نعمت البدعة هذه... Sebaik-baik bid'ah adalah ini.. Pada hakikatnya bid'ah lughawiyah adalah bid'ah hasanah, dan bid'ah hasanah hakikatnya di himpun dari amalan-amalan sunnah, seperti halnya apa yang telah di lakukan oleh Sayyidina Umar bin Khattab رضي الله عنه . Shalat tarawih bukanlah suatu perkara baru yang belum ada contoh sebelumnya, Nabi ﷺ pernah mencontohkan sholat tarawih, jadi sholat tarawih tidak mungkin di sebut bid'ah. Makna bid'ah dalam perkataan Sayyidinia Umar yaitu jerih payah beliau dengan kemasan baru yang belum pernah di lakukan dan di contohkan oleh siapapun namun tetap di himpun dari sunnah Nabi ﷺ, yang menjadikannya sebagai bid'ah lughowiyah atau lebih di kenal dengan istilah bid'ah hasanah. Berapa banyak di zaman sekarang amalan-amalan bid'ah luqawiyah yang belum ada contoh sebelumnya, namun di himpun dari sunnah-sunnah Nabi. Seperti majelis Dzikir, majrlis Tahlil, majelis Maulid, dan banyak lainya semisal apa yang telah di lakukan manusia terbaik setelah Rasullullah ﷺ dan Sayyina Abubakar yaitu Amirul Mukminin Sayyidina Umar bin Khattab. Wahabi mendefenisikan bid'ah sesuai selera dan nafsu mereka masing-masing sehingga menjadikan mereka ringan lidah menvonis amaliyah di luar golonganya dengan vonis bid'ah dan sesat. Ironisnya di antara mereka sendiri saling tuding bid'ah dan sesat dengan istilah bid'ah hizbi, sururi, halabiyun, dan banyak julukan- julukan jahiliyah lainya. Ada juga yang lebih lucu lagi yaitu beberapa Wahabi yang mengingkari bid'ah hasanah namun setuju dengan bid'ah lughawiyah, golongan Wahabi yang seperti ini pada hakikatnya mereka percaya bid'ah hasanah namun masih malu-malu kucing. وبالله التوفيق....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan santun.